Makalah dengan "tema demokrasi mau dibawa kemana"
Nama :Uswatun Hasannah
Npm : 17212531
Kelas : 2EA11
Mata Kuliah : Pendidikan
Kewarganegaraan
Fakultas
Ekonomi
Manajemen
Universitas Gunadarma
Puji
syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya kami dapat
menyelesaiakan tugas softskill berjudul “Demokrasi Mau Dibawa Kemana”
Meskipun
banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Tidak
lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan tugas ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Pendahuluan
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Demokrasi berasal dari kata Yunani,yaitu Demos & Kratos.
Demos artinya Rakyat, sedangkan Kratos berarti Pemerintahan. Jadi, Demokrasi
berarti Pemerintahan yang Rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan.
Dari kutipan pengertian tersebut tampak bahwa kata demokrasi
merujuk kepada konsep kehidupan Negara atau masyarakat, diman warga Negara
dewasa turut berpatisipasi dalam Pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih
melalui pemilu. Pemerintahan di negara demokrasi juga mendorong dan menjamin
kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat pada setiap warga negara. Adanya
pemerintahan mayoritas yang menghormati hak – hak kelompok minoritas, &
masyarakat yang warga negaranya saling memberi peluang yang sama untuk
mendapatkan kehidupan yang layak.Setelah Presiden Soeharto turun jabatan
barulah pemilihan umum terbuka dimulai.
1.2 Pembahasan
Pelaksanaan Pilkada di Indonesia
Pilkada ini ditujukan untuk memilih Kepala daerah di 226
wilayah yang tersebar dalam 11 provinsi dan 215 di kabupaten dan kota. Rakyat
memilih kepala daerah masing-masing secara langsung dan sesuai hati nurani
masing-masing. Dengan begini diharapkan dapat terlaksana dengan demokratis.
Mulai dari seleksi bakal calon, persiapan kertas suara, hingga pelaksanaan
pilkada ini.
Dalam pelaksanaannya selalu saja ada masalah yang timbul.
Sering kali ditemukan pemakaian ijazah palsu oleh bakal calon. Hal ini sangat
memprihatinkan sekali. Seandainya calon tersebut dapat lolos bagaimana nantinya
daerah tersebut karena telah dipimpin oleh orang yang bermental korup. Karena
mulai dari awal saja sudah menggunakan cara yang tidak benar. Dan juga biaya
untuk menjadi calon yang tidak sedikit, jika tidak ikhlas ingin memimpin maka
tindakan yang pertama adalah mencari cara bagaimana supaya uangnya dapat segera
kembali atau “balik modal” ini sangat berbahaya sekali.
Dalam pelaksanaan pilkada ini pasti ada yang menang dan ada yang
kalah. Seringkali bagi pihak yang kalah tidak dapat menerima kekalahannya
dengan lapang dada. Sehingga dia akan mengerahkan massa untuk mendatangi KPUD
setempat. Kasus-kasus yang masih hangat yaitu pembakaran kantor KPUD salah satu
provinsi di pulau sumatera. Hal ini membuktikan sangat rendahnya kesadaran
politik masyarakat. Sehingga dari KPUD sebelum melaksanakan pemilihan umum,
sering kali melakukan ikrar siap menang dan siap kalah. Namun tetap saja timbul
masalah masalah tersebut.
Selain masalah dari para bakal calon, terdapat juga
permasalahan yang timbul dari KPUD setempat. Misalnya saja di Jakarta, para
anggota KPUD terbukti melakukan korupsi dana pemilu tersebut. Dana yang
seharusnya untuk pelaksanaan pemilu ternyata dikorupsi. Tindakan ini sangat
memprihatinkan. Dari sini dapat kita lihat yaitu rendahnya mental para pejabat.
Dengan mudah mereka memanfaatkan jabatannya untuk kesenangannya sendiri. Dan
mungkin juga ketika proses penyeleksian bakal calon juga kejadian seperti ini.
Misalnya agar bisa lolos seleksi maka harus membayar puluhan juta.
Dalam pelaksanaan pilkada di lapangan banyak sekali
ditemukan penyelewengan. Kecurangan ini dilakukan oleh para bakal calon seperti
:
1. Money Politik
Sepertinya money politik ini selalu saja menyertai dalam
setiap pelaksanaan Pilkada. Dengan memanfaatkan masalah ekonomi masyarakat yang
cenderung masih rendah, maka dengan mudah mereka dapat diperalat dengan mudah.
Contoh yang nyata saja yaitu dilingkungan penulis yaitu desa karangwetan.
Tegaltirto, Berbah, Sleman, juga terjadi hal tersebut. Yaitu salah satu dari
kader bakal calon membagi-bagikan uang kepada masyarakatdengan syarat harus
memilih bakal calon tertentu. Tapi memang dengan uang dapat membeli segalanya.
Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan seseorang maka dengan mudah orang itu
dapat diperalat dan diatur dengan mudah hanya karena uang. jadi sangat rasional
sekali jika untuk menjadi calon kepala daerah harus mempunyai uang yang banyak.
Karena untuk biaya ini, biaya itu.
2. Intimidasi
Intimidasi ini juga sangat berbahaya. Sebagai contoh juga
yaitu di daerah penulis oknum pegawai pemerintah melakukan intimidasi terhadap
warga agar mencoblos salah satu calon. Hal ini sangat menyelewengkan sekali
dari aturan pelaksanaan pemilu.
3. Pendahuluan start kampanye
Tindakan ini paling sering terjadi. Padahal sudah sangat
jelas sekali aturan-aturan yang berlaku dalam pemilu tersebut. Berbagai cara
dilakukan seperti pemasangan baliho, spanduk, selebaran. Sering juga untuk
bakal calon yang merupakan kepala daerah saat itu melakukan kunjungan
keberbagai daerah. Kunjungan ini intensitasnya sangat tinggi ketika mendekati
pemilu. Ini sangat berlawanan yaitu ketika sedang memimpin dulu. Selain itu
media TV lokal sering digunakan sebagai media kampanye. Bakal calon penyampaikan
visi misinya dalam acara tersebut padahal jadwal pelaksanaan kampanye belum
dimulai.
4. Kampanye negatif
Kampanye negatif ini dapat timbul karena kurangnya
sosialisasi bakal calon kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena sebagian
masyarakat masih sangat kurang terhadap pentingnya informasi. Jadi mereka hanya
“manut” dengan orang yang disekitar mereka yang menjadi panutannya. Kampanye
negatif ini dapat mengarah dengan munculnya fitnah yang dapat merusak
integritas daerah tersebut.
1.3 Kesimpulan
Dalam melaksanakan sesuatu pasti ada kendala yang harus
dihadapi. Tetapi bagaimana kita dapat meminimalkan kendala-kendala itu. Untuk
itu diperlukan peran serta masyarakat karena hal ini tidak hanya tanggung jawab
pemerintah saja. Untuk menanggulangi permasalahan yang timbul karena pemilu
antara lain :
1. Seluruh pihak yang ada baik dari daerah sampai pusat,
bersama-sama menjaga ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pilkada ini.
Tokoh-tokoh masyarakat yang merupakan panutan dapat menjadi suri tauladan bagi masyarakat.
Dengan ini maka dapat menghindari munculnya konflik.
2. Semua warga saling menghargai pendapat. Dalam
berdemokrasi wajar jika muncul perbedaan pendapat. Hal ini diharapkan tidak
menimbulkan konflik. Dengan kesadaran menghargai pendapat orang lain, maka
pelaksanaan pilkada dapat berjalan dengan lancar.
3. Sosialisasi kepada warga ditingkatkan. Dengan adanya
sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi akurat.
Sehingga menghindari kemungkinan fitnah terhadap calon lain.
4. Memilih dengan hati nurani. Dalam memilih calon kita
harus memilih dengan hati nurani sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain.
Sehingga prinsip – prinsip dari pemilu dapat terlaksana dengan baik.
Penutup
Demikian makalah ini saya susun, apabila ada kata- kata yang
kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan
pembaca dalam pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar